Sep 27, 2011

I'm Moving On

Sep 27, 2011 0
Hi you,

It's been quite a while since the last time i'm talking to you.

You are my greatest friend, my super comfortable place where i can put all my thought into, my sanctuary.

After two years of sudden silent. After all the changes i've been through. I am now proudly saying that,

I am MOVING on.

Still the old lenny who talks a lot. Still the girl with her glasses and big hair. Still a person who look at the world as a silly playground. And still the same person who's afraid of the dark.

The one and only difference is that now you can found me at the new address:

lenidamayanty.tumblr.com

Come visit me friends. Knock on my door and say hello!

Have a fun enjoyable life!
Smile, and don't kill anyone ;)


Aug 26, 2009

2 dan 3

Aug 26, 2009 0
8 Hari lalu, umur saya bertambah. Angka 2 yang biasa saya tuliskan bersisian dalam kolom umur, sekarang salah satunya harus diganti dengan angka 3. Tepat 8 hari yang lalu, saya berhenti menjadi gadis labil berumur 22 tahun. Dan secara resmi menyandang angka 23 di atas pundak. Angka yang tidak mudah untuk dibawa, mengingat kelakuan saya yang masih sama seperti 2 atau 3 tahun lalu.

Dulu saya melihat usia 20 sebagai usia yang sakral. Usia yang mengharuskan saya berhenti 'cengegesan'. Usia yang mewajibkan saya berhenti memikirkan diri sendiri dan mulai berpikir untuk mama dan adik-adik. Tapi ternyata waktu berlalu begitu cepat, perpindahan dari 19, 20, 21, 22, hingga 23 thn saat ini berjalan seperti petir. Cepat, kencang, membekas, tapi tidak terlihat. Tanpa sadar saya sudah ada di sini, di awal usia 23 tahun, tanpa ingat perubahan apa yang sudah saya lakukan. Saya jalani hidup seperti angin. Mengambang mengikuti arah, sambil sesekali berpegang pada apapun, untuk bisa berganti arah. Membelokkan diri sendiri ke arah yang (menurut saya) lebih baik.

Ternyata saya salah, bukan usia 20 yang akan merubah hidup. Tapi apa yang hidup berikan kepada saya lah yang membuat saya menjadi seperti sekarang. Hidup yang mengajarkan saya bagaimana hancurnya saya melihat papa menderita karena sakit, hidup yang memberi tahu saya seperti apa rasanya kehilangan teman, hidup yang membuat saya memilih. Membuat saya bertransformasi dari remaja usia belasan yang terkadang malu akan kelurganya dan 'mengabdikan' hidup untuk teman, menjadi saya yang tidak ingin sedetik pun berpisah dari mama, papa dan adik-adik. Itu yang membuat saya berubah. Bukan angka 2 dan 3 yang mulai setahun ini akan menemani kemana pun saya pergi.

Diri saya masih sama. Masih saya yang lebih suka komedi daripada drama. Masih saya yang sangat mengagumi mama. Masih saya yang menyimpan mimpi dalam hati. Dan saya tidak ingin merubah itu. Saya ingin berkembang. Memperbaiki saya yang lama tanpa mengubah esensi diri. Saya tidak ingin bertambah umur. Saya ingin bertambah dewasa.

saya ingin tetap menjadi saya, namun lebih baik.


Selamat ulang tahun. Semoga masih diberi kesempatan merasakan ulang tahun berikutnya.

Jul 17, 2009

Kami Tidak Takut!

Jul 17, 2009 1
I cant think.
For a minute i cant breath.

My beloved country was destructed. And here i am, stunned.

Wajah-wajah yang tidak saya kenal berlarian bingung mencari perlindungan. Asap membumbung tinggi, merambah langit, menambah kepanikan . Pakaian mereka berbeda, si eksekutif dengan dasinya, turis dengan bathrobe yang setengah terikat, warga biasa dengan pakaian jogging, sampai tukang ojek yang lengkap dengan jaket dan helm. Sebagian menghampiri, sebagian lagi menghindar. Pagi indah itu berubah kelabu, dua buah ledakan merusak mimpi dan harapan banyak orang.

Nampak seorang laki-laki tua seumur ayah saya digotong dengan tandu dalam keadaan bersimbah darah. Wajah tuanya menyiratkan tanya besar, "why me?". Bahkan dalam keadaan luka parah ia masih bisa terdiam, tidak merintih, tidak menangis. Mencoba mengacuhkan lensa kamera yang mengabadikannya, yang kemudian membagikan gambar dirinya secara luas. Menjadikannya salah satu sensasi hari itu. Dan ia pun meninggalkan dunia, menanyakan jawabannya pada Tuhan. Ia tidak sendiri. Setidaknya ada 9 orang lainnya yang ikut dalam perjalanan tersebut. Perjalanan menuju tempat yang lebih baik, semoga. Setidaknya mereka tidak lagi merasakan sakit, tidak seperti puluhan lainnya yang harus mengalami trauma, ketakutan, dan luka yang masih terasa pedihnya.

Saya tidak mengerti politik. Saya tidak peduli konspirasi. Yang saya tahu semua manusia sama. Mereka berhak hidup dan bahagia. Mereka bangun pagi ini, melangkahkan kaki keluar untuk bekerja. Untuk menghidupi keluarga, untuk menambah tabungan masa depan, untuk menjalani hari semampu mereka. Sama seperti kalian, mereka punya mimpi yang mereka pupuk hari itu. Sama seperti kalian, mereka mengucapkan pamit pada keluarga. Dan sama seperti kalian, mereka tidak berhak disakiti, dilukai, dihancurkan.

Saya mungkin tidak bisa berbuat banyak, tapi masih ada darah yang bisa disumbangkan. Masih ada doa yang bisa saya panjatkan. Dan masih ada keyakinan pada negara ini untuk bisa jadi lebih baik.

Saya tidak takut dan tidak ingin kalian takut. Saya bangga dengan negara ini, Indonesia berhasil bertahan dari berbagai serangan, dan tidak akan jatuh karena perbuatan kotor kali ini. Merah putih telah berkibar dengan gagah, meneriakkan KAMI TIDAK TAKUT! No, we are not afraid. Whoever you are who choose to play God, in the end you will be punished. Allah Maha Tahu, Allah Maha Adil, saya percaya itu.


#IndonesiaUnite#



My deepest condolences for all the victims and family. Let's pray for a better day tomorrow. Keep your faith.

Jul 15, 2009

Ibu Sesungguhnya

Jul 15, 2009 2

*dengan suara besar dan logat betawi yang kental*
Ibu: "Nanti pas sampe rumah lo ga usah bilang sama bapak kalo lo udah daftar sekolah! Kalo ditanya bilang aje kita abis ambil ijasah"
Anak: (nggak menjawab, hanya mengangguk pelan. Sepertinya dia malu krn suara Ibu yang terlalu besar)
Ibu: "Ibu kagak mo ambil pusing dah ama omongan bapak lo. yang ibu mauk lo harus sekolah, titik. Kagak usah mikirin macem-macem deh. Naek kelas aja yang penting"
Anak: (mulai berani bersuara walaupun nada ngomongnya yang pelan menandakan dia masih canggung) "emang uang mukanya udah dibayar semua?"
Ibu: "Yee.. ni anak dibilang kagak usah mikir ape-ape! Ibu kemaren udah jual gelang, mudah-mudahan aje bapak lo kagak nyariin. Ntar kalo yg kurang ditagih kepala sekolah, lo bilang aja die suruh telpon ibu"
(si anak nggak menjawab dan suasana sempat hening sebentar)
Ibu: "Ibu cuma pengen lo sekolah deh. biar ga kayak bapak lo tuh, kerja cuma bisa nguli doang gara-gara ga sekolah. Disuruh ngapain juga Ibu mau asal lo bisa ngelanjutin SMA. Kalo kuliah ntar Ibu pikirin lagi"
Anak: "Baju seragam sama bukunya gimana?"
Ibu: "Gampang. Pinjem aja sama si (meyebutkan satu nama, saya lupa siapa). Die kan dah selese sekolah tu, lo pinjem aja. Bukunya biar ibu beli di Jatinegara, banyak yang jual buku bekas kok"
(Si anak nggak menjawab dan pembicaraan pun selesai sampai di sini)

Nggak lama kemudian keduanya turun di sebuah gang kecil. Pembicaraan yang nggak berlangsung lama itu kemudian membuat kami semua diam. Beberapa orang kelihatan *pura-pura* sibuk dengan hp-nya. Sementara saya nggak bisa melupakan pembicaraan itu. Sampai detik ini. Kata-kata sang Ibu yang polos menggambarkan betapa dia ingin anaknya melanjutkan sekolah, satu hal sederhana yang nggak dimiliki oleh banyak orang. Dengan kondisi seadanya yang tergambar dari isi percakapan, saya jadi tahu bahwa ia dengan susah payah mengusahakan si anak untuk melanjutkan pendidikan. Ruangan angkot yg sempit seketika hilang dari hadapan saya digantikan oleh gambaran hidup saya dan mama. Betapa beruntungnya saya yang bisa menyelesaikan jenjang pendidikan hingga sarjana, tanpa kesulitan yang berarti.

Lalu saya ingat, selepas saya SD, mama mati-matian meyakinkan saya untuk sekolah di salah satu SMP swasta terkenal. Saya yg lulusan SD sederhana dekat rumah ini ngambek dan menolak usulan itu, saya nggak mau pisah sama teman-teman yang mayoritas melanjutkan ke SMP dekat rumah juga. Tapi mama nggak peduli, dengan kekeuh beliau memaksa saya ikut tes dan ternyata saya langsung diterima gelombang I, yang berarti uang pangkal masuk saya lebih kecil dari gelombang selanjutnya. Nggak bisa melawan, masuklah saya ke sekolah tersebut. Sekolah dengan kualitas bagus dan membuat saya jadi orang seperti sekarang ini. Jauh setelah itu, selepas saya SMA, adik kecil saya harus masuk SMP. Lagi-lagi mama dengan ngototnya menginginkan dia untuk masuk SMP swasta yang relatif mahal, padahal kondisi keuangan kami saat itu sedang nggak begitu baik. Saya pun bertanya, kenapa beliau begitu ingin anak-anaknya sekolah di tempat itu dan nggak membiarkan kami memilih sendiri tempat yang kami mau. Mama bilang begini,

"Dulu mama sekolah nggak sampai tuntas, nggak bisa sekolah di sekolah bagus, cuma bisa di sekolah yang gurunya jarang masuk. Sekarang mama mau semua anak mama dapet yang terbaik, harus lebih pinter dari mama biar bisa ngajarin mama macem-macem, biar kalo udah besar ga perlu susah cari kerja, biar sukses. Prinsip mama, kalo dulu mama bisa makan daging, anak-anak mama harus bisa ngerasain makanan yang lebih enak dari itu"

Mereka sama. Mama dan Ibu itu sama. Mereka cuma ingin anaknya sukses, mereka ingin kita jadi orang yang lebih baik dari mereka. Sementara saya, anak itu, kamu atau mungkin anak-anak lain, terkadang lupa sama kenyataan bahwa Ibu adalah orang yang paling mulia. Entah berapa kali saya nggak sengaja marah, ngambek atau menolak permintaan mama. Walaupun nggak pernah terlibat pertengkaran hebat, tapi terkadang saya lupa dengan kenyataan itu. Kenyataan bahwa beliaulah yang berjuang hidup dan mati untuk melahirkan saya. Kenyataan bahwa beliau membesarkan saya dengan sabar dan penuh kasih. Saya menyesal. Menyesal karena harus diingatkan oleh percakapan Ibu&Anak itu untuk menyadari kasih sayang mama sepenuhnya. Menyesal karena sebelum berangkat tadi saya sempat menolak mengantarkan mama ke resepsi pernikahan anak temannya.

Saya berharap, saya nggak pernah dan nggak akan mengecewakanmu Ma. Semoga apa yang saya dapat bisa membuat Mama sedikit bangga.

*Mommy and Me on my graduation day. That day, she smiled to the fullest*

Kalau kamu ada didekat Ibu-mu, jangan lupa untuk memberi pelukan hangat tiap pagi, untuk meyiratkan betapa besar cintamu. Karena sebesar apapun yang kamu berikan, rasanya nggak bisa membayar apa yang beliau telah berikan untukmu.

Me love mommy.

*dedicated for my lovely mommy who never stop loving me*

Jun 25, 2009

gajian-nggak-gajian-nggak-gajian...

Jun 25, 2009 4
Coba kasih tahu saya,

apa yang akan kamu lakukan kalau tiba-tiba di akhir bulan kamu baru tahu bahwa gajian kamu bakal telat di tanggal yang unreasonable?!

*hah, beneran nih ga gajian?!*


Kalau saya sih sudah mikirin beberapa hal. Boleh lho dicoba dipraktekkan di kantornya masing-masing. Syaratnya, abis mempraktekkan langsung apus alamat blog saya di komputer kamu yah!

1. Buka seluruh baju dan lari-lari keliling kantor

Ekspresikan rasa stress kamu dengan olahraga ringan ini. Bilang sama bos, kamu mau minta ijin olahraga untuk refreshing otak. Begitu dikasih ijin, langsung buka semua baju dan mulailah lari keliling kantor. Ajak juga teman-teman senasib biar larinya lebih afdol. Sambil lari, sesekali goyang-goyangkan pantat kamu ke arah bos atau petinggi kantor lain sebagai tanda penghormatan. Kalo kebetulan kantor kamu deket halte busway atau terminal, jangan lupa pake name tag dan bawa KTP ya. Supaya nggak kena penertiban orang gila.

2. Ketok tangan si boss pake martil

Bersiaplah kalo bos udah bilang mau ngasih kabar buruk ke kamu. Nggak perlu pikir panjang, bawa aja martil yang emang sudah siap sedia di laci mejamu ke ruang rapat. Di ruang rapat, si bos pasti kan kebingungan tuh menyampaikan kabar sedih itu, nah, tugas kamulah untuk mengetok tangan si bos setiap dia kelihatan bingung. Gunanya, biar dia bisa mengabarkan berita keterlambatan gaji itu dengan lebih lancar dan biar si boss bisa menunjukkan empatinya dengan pura-pura nangis. Kalo dia marah dan bilang,

"maksud kamu apa getok tangan saya pake martil?"

kamu bilang,

"ga maksud apa-apa kok pak! saya cuma mau kasih tahu bapak apa yang saya rasain sekarang. Namanya juga anak buah pak, kan harus selalu jujur! Saya kan ga mau bapak ketinggalan informasi"

Setelah itu segera tinggalkan ruangan dan pasang muka "nggak ngerti gue sama maunya si bos?! Katanya jadi karywan harus jujur sama atasan?!"


*kira-kira kayak gini deh mukanya*

3. Rame-rame cukur rambut di depan ruangan bos

Tahu kan tradisi ngebotakin rambut untuk buang bala? nah, inilah yang akan kamu dan teman-teman sekantor lakukan setelah terima berita soal gajian telat ini. Buat list siapa aja yang bakal telat gajiannya, terus suruh tukang cukur langganan kamu bawa temen-temennya ke kantor di hari yang udah ditentukan. Pilih hari dimana bos ada tamu atau meeting di ruangannya. Pantau terus ruangan bos hari itu, kalo keliatannya lagi ada tamu atau lagi meeting, langsung ambil posisi berbaris rapi di depan pintu, terus teriakkan kalimat-kalimat penyemangat seperti,

"dengan rontoknya rambut-rambut kami ini, maka rontok jugalah seluruh kesialan dan kenistaan yang menyebabkan kami telat gajian. Semoga ini nggak menular ke orang lain dan semoga juga kantor ini ga bangkrut gara-gara nyekek karyawannya terus menerus!! Ameeeennn...!!!"

*ingat, teriakkan kalimat itu dengan selantang mungkin biar si bos sama tamunya tahu kalau kalian emang tulus ngedoain*

Jangan berhenti teriak sampai kantor tutup, tamu si bos keluar dengan bingung atau sampai bos kamu lompat dari jendela ruangannya.

4. Matikan semua sumber listrik di kantormu dan mulailah buat api unggun di tengah ruang meeting

Kalau kantor kamu sampai ga sanggup bayar gaji, itu kan tandanya keuangan perusahaan lagi susah. Kamu harus cepat ambil tindakan inisiatif dong biar dilirik bos dan dijadiin kandidat employee of the month. Apakah itu tidakan inisitiatifnya? Mudah saja!! Bilang sama si bos dan petinggi kantor lain kalo kamu udah menemukan cara mengurangi pengeluaran perusahaan dan minta hari khusus untuk mempresentasikannya. Di hari presentasi itu, rusaklah semua sumber listrik di kantor (terserah deh gimana metode ngerusaknya, yang penting RUSAK & MATI). Terus langsung keluarkan kayu bakar yang udah kamu simpan di laci (ya, kamu harus punya dong persediaan kayu bakar di laci kantormu! penting taukk!!), bawa semua ke ruang meeting, siramkan bensin (kalo yang ini terserah deh mau ambil dari mobilnya siapa?), lalu bakar sampai membentuk api unggun besar. Suruh seluruh karyawan untuk mengelilingi api unggun lalu berpegangan tangan. Bilang sama mereka,

"nggak perlu bilang terima kasih sama saya. Saya membuat penerangan pengganti listrik ini murni untuk kebaikan kantor kok. jadi, sekali lagi, nggak perlu bilang makasih ya!"


Oke, udah ngerti semuanya?! Segitu dulu ya idenya, ntar kalau udah ada lagi kalian pasti saya bagi deh! Tenang aja..


SELAMAT MENCOBA!

ps: jgn lupa apus history blog ini ya sebelum nyoba *buang bodi*, hehe.


"Enjoy problems, enjoy life. Share the laugh, and we'll survive"