Seumur hidup, Luka belum pernah cantik
Sepanjang hidup, Luka belum pernah membuat segerombolan laki-laki terdiam melihat ia berjalan
Tapi Luka bangga, kata orang ia pintar
Luka bahagia, kata orang ia baik dan menyenangkan
Dulu ia percaya semua
Dulu ia tak ingin jadi cantik
Dulu Luka puas dengan yang ia punya
Ternyata Luka tak sadar, itu saja tak pernah cukup.
Ia tak sadar dirinya sudah semakin gemuk. Lemak bukan hanya membuatnya sulit mencari pakaian tapi juga membuat penampilan tak enak dilihat.
”kamu masih lucu kok”, Dia sering menenangkan Luka. Dan Luka percaya
Ternyata Luka tak sadar, ia semakin tak menarik. Panas matahari membakar kulit dan angin membuat rambut tak karuan bentuknya.
”Nggak penting fisiknya, yang penting nyaman dan nyambung diajak ngomong”, pernyataan Dia membuat Luka tenang. Dan ia merasa menang.
Hingga kenyataan menamparnya. Luka tak menarik. Sedemikian membosankannya hingga Dia mencari wanita lain. Wanita cantik.
Tidak pintar, tak begitu menyenangkan, tapi sangat cantik!
Begitu cantiknya hingga Dia rela marah dan membohongi Luka. Begitu menawannya hingga Dia membawanya berjalan kemanapun ia pergi. Begitu mempesonanya hingga Dia menikmati tatapan iri orang lain saat mereka bergandengan.
Luka kalah. Ia tak cantik.
Ia cari semua kelebihannya wanita lain itu. Hanya satu, cantik.
Luka hancur. Runtuh sedikit demi sedikit. Terluka satu inchi lebih dalam setiap detiknya.
Luka menangis, walau tahu tak ada gunanya.
Luka berteriak, walau tak pernah terdengar.
Berlari pun tak memberi ketenangan.
Luka tak peduli ia pintar.
Luka tak percaya ia baik dan menyenangkan.
Ia hanya ingat satu, ia tidak cantik.
Gemuk. Jelek. Tak menarik.
Luka hanya ingat itu.
Dan ia hancur.
Pertama kali dalam hidup Luka, ia ingin cantik
Pertama kali keluar dari mulut Luka ”akan kutukar pandaiku dengan cantiknya”
Pertama kali dirasakan Luka, putus asa.
0 comments:
Post a Comment