I cant think.
For a minute i cant breath.
My beloved country was destructed. And here i am, stunned.
Wajah-wajah yang tidak saya kenal berlarian bingung mencari perlindungan. Asap membumbung tinggi, merambah langit, menambah kepanikan . Pakaian mereka berbeda, si eksekutif dengan dasinya, turis dengan bathrobe yang setengah terikat, warga biasa dengan pakaian jogging, sampai tukang ojek yang lengkap dengan jaket dan helm. Sebagian menghampiri, sebagian lagi menghindar. Pagi indah itu berubah kelabu, dua buah ledakan merusak mimpi dan harapan banyak orang.
Nampak seorang laki-laki tua seumur ayah saya digotong dengan tandu dalam keadaan bersimbah darah. Wajah tuanya menyiratkan tanya besar, "why me?". Bahkan dalam keadaan luka parah ia masih bisa terdiam, tidak merintih, tidak menangis. Mencoba mengacuhkan lensa kamera yang mengabadikannya, yang kemudian membagikan gambar dirinya secara luas. Menjadikannya salah satu sensasi hari itu. Dan ia pun meninggalkan dunia, menanyakan jawabannya pada Tuhan. Ia tidak sendiri. Setidaknya ada 9 orang lainnya yang ikut dalam perjalanan tersebut. Perjalanan menuju tempat yang lebih baik, semoga. Setidaknya mereka tidak lagi merasakan sakit, tidak seperti puluhan lainnya yang harus mengalami trauma, ketakutan, dan luka yang masih terasa pedihnya.
Saya tidak mengerti politik. Saya tidak peduli konspirasi. Yang saya tahu semua manusia sama. Mereka berhak hidup dan bahagia. Mereka bangun pagi ini, melangkahkan kaki keluar untuk bekerja. Untuk menghidupi keluarga, untuk menambah tabungan masa depan, untuk menjalani hari semampu mereka. Sama seperti kalian, mereka punya mimpi yang mereka pupuk hari itu. Sama seperti kalian, mereka mengucapkan pamit pada keluarga. Dan sama seperti kalian, mereka tidak berhak disakiti, dilukai, dihancurkan.
Saya mungkin tidak bisa berbuat banyak, tapi masih ada darah yang bisa disumbangkan. Masih ada doa yang bisa saya panjatkan. Dan masih ada keyakinan pada negara ini untuk bisa jadi lebih baik.
Saya tidak takut dan tidak ingin kalian takut. Saya bangga dengan negara ini, Indonesia berhasil bertahan dari berbagai serangan, dan tidak akan jatuh karena perbuatan kotor kali ini. Merah putih telah berkibar dengan gagah, meneriakkan KAMI TIDAK TAKUT! No, we are not afraid. Whoever you are who choose to play God, in the end you will be punished. Allah Maha Tahu, Allah Maha Adil, saya percaya itu.
For a minute i cant breath.
My beloved country was destructed. And here i am, stunned.
Wajah-wajah yang tidak saya kenal berlarian bingung mencari perlindungan. Asap membumbung tinggi, merambah langit, menambah kepanikan . Pakaian mereka berbeda, si eksekutif dengan dasinya, turis dengan bathrobe yang setengah terikat, warga biasa dengan pakaian jogging, sampai tukang ojek yang lengkap dengan jaket dan helm. Sebagian menghampiri, sebagian lagi menghindar. Pagi indah itu berubah kelabu, dua buah ledakan merusak mimpi dan harapan banyak orang.
Nampak seorang laki-laki tua seumur ayah saya digotong dengan tandu dalam keadaan bersimbah darah. Wajah tuanya menyiratkan tanya besar, "why me?". Bahkan dalam keadaan luka parah ia masih bisa terdiam, tidak merintih, tidak menangis. Mencoba mengacuhkan lensa kamera yang mengabadikannya, yang kemudian membagikan gambar dirinya secara luas. Menjadikannya salah satu sensasi hari itu. Dan ia pun meninggalkan dunia, menanyakan jawabannya pada Tuhan. Ia tidak sendiri. Setidaknya ada 9 orang lainnya yang ikut dalam perjalanan tersebut. Perjalanan menuju tempat yang lebih baik, semoga. Setidaknya mereka tidak lagi merasakan sakit, tidak seperti puluhan lainnya yang harus mengalami trauma, ketakutan, dan luka yang masih terasa pedihnya.
Saya tidak mengerti politik. Saya tidak peduli konspirasi. Yang saya tahu semua manusia sama. Mereka berhak hidup dan bahagia. Mereka bangun pagi ini, melangkahkan kaki keluar untuk bekerja. Untuk menghidupi keluarga, untuk menambah tabungan masa depan, untuk menjalani hari semampu mereka. Sama seperti kalian, mereka punya mimpi yang mereka pupuk hari itu. Sama seperti kalian, mereka mengucapkan pamit pada keluarga. Dan sama seperti kalian, mereka tidak berhak disakiti, dilukai, dihancurkan.
Saya mungkin tidak bisa berbuat banyak, tapi masih ada darah yang bisa disumbangkan. Masih ada doa yang bisa saya panjatkan. Dan masih ada keyakinan pada negara ini untuk bisa jadi lebih baik.
Saya tidak takut dan tidak ingin kalian takut. Saya bangga dengan negara ini, Indonesia berhasil bertahan dari berbagai serangan, dan tidak akan jatuh karena perbuatan kotor kali ini. Merah putih telah berkibar dengan gagah, meneriakkan KAMI TIDAK TAKUT! No, we are not afraid. Whoever you are who choose to play God, in the end you will be punished. Allah Maha Tahu, Allah Maha Adil, saya percaya itu.
1 comments:
indonesia kami takut....
Post a Comment